Selasa, 28 Juni 2011

Hilang Cita Rasa

“Seperti masakan, ini tuh udah kehilangan cita rasa.”

Tiba-tiba saja kalimat itu terlintas di benak saya. Sekelumit persoalan hidup yang seharusnya bisa dibuat mudah dan menyenangkan, kini mengerak menjadi nasi basi yang harus dihangatkan kembali. Padahal orang-orang sudah memakan dan menikmati nasi mereka selagi hangat.

Penuh kiasan memang. Ah ya, hidup saya memang menjadi penuh kiasan dan olok-olok diri sendiri terhadap diri sendiri. Mungkin jalurnya sudah melenceng terlalu jauh dari pakem, atau mungkin memang sudah melewati batas kearifan diri.

Orang-orang yang dulu bersama memapah dan menapaki jalan setapak di pegunungan ini sudah mulai menemukan pos mereka masing-masing untuk menikmati tiap pemandangan yang tersedia dari “spot-spot” yang mereka pilih.

Sedangkan saya? Jangan ditanya. Jangan.

Saya masih maju mundur di tempat yang seharusnya sudah saya tinggalkan jauh hari bersama mereka. Saya masih mempertahankan ego dan masih belum bisa menerima langkah-langkah mereka yang begitu tegap, tegas dan tak gentar. Hingga akhirnya mereka bisa menempati puncak mereka masing-masing.

Sekilas anda sudah tahu bukan, ini salah siapa? Tentu saja ini salah saya sendiri.

“Ketika kamu memilih untuk lebih lambat melangkah dibandingkan mereka, jangan pernah mengeluh dan menangis,  karena itu adalah keputusan yang kau pilih sendiri untuk memapah tertatih dalam perjalananmu.”

Lagi-lagi sebuah kalimat membumbung di atas kepala saya.

“Dan nikmati kegetirannya. Hahaha...” lanjut isi kepala yang terus mengolok-olok saya.