Jumat, 12 Agustus 2011

Jangan Alasan

Sebagian dari kita pasti pernah .. mengabaikan tawaran, menghindari tantangan, menolak suatu peluang, membuang kesempatan, melepaskan karier .. dengan alasan-alasan seperti ini :

- Aku ngga bisa!
- Ini bukan bidang saya!
- Aku ngga suka ini!
- Sulit ah, ribet, banyak aturan!
- Aku ngga bakat begituan!
- Saya sibuk, ngga punya waktu luang!

dan masih banyak lagi alasan-alasan lainnya.

Dengan semua alasan-alasan itu artinya kita telah membuang kesempatan tanpa pernah mencoba lebih dulu, tanpa menelurusi kemungkinan keberhasilannya.

Semua kisah orang-orang sukses diawali dengan ketidakmampuan mereka dibidang yang sekarang mereka ahli atasnya. Yang mereka lakukan adalah bertindak.

Waktu kita semua sama .. hanya 24 jam sehari semalam. Jika orang lain dengan segala kesibukan dan keterbatasannya mereka bisa menjadi orang sukses, kenapa kita tidak?

Jika mereka bisa .. kita juga BISA!
Buang segera ALASAN-ALASAN!
Segeralah .. BERTINDAK!

Selasa, 28 Juni 2011

Hilang Cita Rasa

“Seperti masakan, ini tuh udah kehilangan cita rasa.”

Tiba-tiba saja kalimat itu terlintas di benak saya. Sekelumit persoalan hidup yang seharusnya bisa dibuat mudah dan menyenangkan, kini mengerak menjadi nasi basi yang harus dihangatkan kembali. Padahal orang-orang sudah memakan dan menikmati nasi mereka selagi hangat.

Penuh kiasan memang. Ah ya, hidup saya memang menjadi penuh kiasan dan olok-olok diri sendiri terhadap diri sendiri. Mungkin jalurnya sudah melenceng terlalu jauh dari pakem, atau mungkin memang sudah melewati batas kearifan diri.

Orang-orang yang dulu bersama memapah dan menapaki jalan setapak di pegunungan ini sudah mulai menemukan pos mereka masing-masing untuk menikmati tiap pemandangan yang tersedia dari “spot-spot” yang mereka pilih.

Sedangkan saya? Jangan ditanya. Jangan.

Saya masih maju mundur di tempat yang seharusnya sudah saya tinggalkan jauh hari bersama mereka. Saya masih mempertahankan ego dan masih belum bisa menerima langkah-langkah mereka yang begitu tegap, tegas dan tak gentar. Hingga akhirnya mereka bisa menempati puncak mereka masing-masing.

Sekilas anda sudah tahu bukan, ini salah siapa? Tentu saja ini salah saya sendiri.

“Ketika kamu memilih untuk lebih lambat melangkah dibandingkan mereka, jangan pernah mengeluh dan menangis,  karena itu adalah keputusan yang kau pilih sendiri untuk memapah tertatih dalam perjalananmu.”

Lagi-lagi sebuah kalimat membumbung di atas kepala saya.

“Dan nikmati kegetirannya. Hahaha...” lanjut isi kepala yang terus mengolok-olok saya.